Desa
Pesanggaran adalah desa yang relatif minim ada program-program terkait penanggulangan
bencana, baik itu dari Daerah maupun Nasional. Kerangka konsep tentang
penanggulangan bencanapun masih belum dipahami dikalangan masyarakat,
pemerintah dan masyarakat masih menggunakan paradigma responsif dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, hal ini dibuktikan dari kegiatan
penanganan darurat banjir besar pada tahun 2011, dan issu tsunami Chile tahun
2012. Dalam dua momen tersebut pemerintah hanya melakukan kegiatan respon
darurat dengan memberikan bantuan dan meminta bantuan dari pihak luar,
sementara masyarakat yang tidak menjadi korban belum terlibat secara nyata. Pemerintah
Daerah masih sangat dominan dalam penanganannya, terutama dari BPBD dan Tagana.
Dengan
hadirnya program Desa Tangguh Bencana BNPB tahun 2014 ini, masyarakat
mendapatkan pembelajaran dan pengetahuan tentang kerangka dan paradigma sistem
penanggulangan bencana nasional. Seperti keterangan Bapak Marsudi sebegai berikut;
“kita
jadi tau mas, kalau ternyata penanganan bencana itu bisa direncanakan dan
dikaji sepanjang ini, yang saya pikir ya hanya penanganan darurat saja” (Marsudi, 2014)
Masyarakat
mengetahui tentang bagaiman mengkaji risiko di wilayah Desa Pesanggaran, menyusun
rencana penanggulangan bencana pada saat pra, tanggap, dan pasca bencana.
Menyusun rencana Aksi untuk Komunitas dalam Penanggulangan Bencana. Menyusun
rencana evakuasi dan peringatan dini. Menyusun Rencana Kontinjensi. Dan yang
paling penting lagi adalah terbentuknya Forum Penanggulangan Bencana (FPRB)
Desa Pesanggaran yang akan mengawal keberlanjutan penyelenggaran penanggulangan
bencana di Desa. Dengan adanya FPRB ini juga, masyarakat telah memiliki wadah
yang representatif untuk mengekspresikan dan menggagas berbagai program untuk
menangani bencana. Juga menjadi sumber berbagi pengetahuan serta rembug antar
pihak dari semua kalangan. FPRB juga sebagai simbol Desa untuk membangun
jejaring ke level daerah dan nasional. Hal itu sudah dilakukan ketika dalam
kegiatan relawan, lembaga di Kabupaten mulai sering berdiskusi untuk mengadakan
kerjasama dalam pelatiahan kerelawanan seperti Tagana, dan Banyuwangi SAR
Independent (BSI) yang akan menyelenggarakan pelatihan di pesisir pantai Desa
Pesanggaran. Ke depan, diharapkan dengan adanya FPRB pula, program tentang
penanggulangan bencana baik dari pemerintah daerah, nasional maupun swasta
dapat terkoordinasi dengan baik, dan melibatkan masyarakat secara aktif. Yang
sangat luar biasa, setelah FPRB terbentuk, pemerintah Desa langsung menyediakan
ruang khusus (sekretariat) untuk tempat “nimbrung”
masyarakat membicarakan issu Penanggulangan Bencana.
Bagi
pemerintah Desa, dengan adanya program Destana BNPB 2014 ini sangat membantu
dan meringankan beban kerja di Desa. Sebelumnya pemerintah Desa harus berfikir
keras bagaimana menangani banjir yang seringkali melanda, kesulitan untuk
menghimpun dukungan dalam kaitannya penanggulangan bencana. Setelah ada
berbagai perencanaan yang matang dari Destana, tanggungjawab pemerintah Desa
secara tidak langsung sudah terpenuhi. Apalagi kedepan program tersebut akan
segera direalisasikan. Untuk mendukung Destanapun, pemerintah Desa telah
melegalkan berbagai dokumen perencanaan yang dihasilkan Destana, dan segera
menyusun Perdes Penyelenggaran Penanggulangan Bencana yang direncanakan rampung
pada akhir tahun 2014. Seperti keterangan ketua Badan Permusyawaran Desa (BPD)
Desa Pesanggaran sebagai berikut.
“kita
akan terus kawal kegiatan penanggulangan bencana ini, karena Desa kita memang
berpotensi bencana, Perdes bisa kita dukung dalam waktu dekat, kalau perlu
akhir Desember segera kita bicarakan dengan pemerintah” (Endro Saksono, 2014)
Selain
itu, program-program yang dicanangkan Destana selama lima tahun kedepan yang
tertuang dalam Rencana Penanggulangan Bencana secara tidak langsung akan
menyerap Anggaran Dana Desa yang dikabarkan akan turun lebih dari 1 Milyar ke
Desa. Seperti keterangan Bapak Kepala Desa berikut:
“kita
sangat mendukung program Destana ini, dan terimakasih sekali kepada BNPB yang
sudah memeperhatikan Desa Pesanggaran. Kita akan terus dukung, termasuk kami
sudah menyediakan sekretariat FPRB untuk tempat nimbrung” (Suliono, 2014)
Kesimpulannya,
program Desa Tangguh Bencana BNPB 2014, disambut baik dan didukung oleh
masyarakat dan pemerintah, manfaat yang dirasakanpun cukup besar baik dari sisi
pengetahuan masyarakat maupun secara politik pembangunan pemerintah Desa.
Kontribuasi Para Pihak
Pelaksanaan
program Desa Tangguh Bencana di desa Pesanggaran tidak hanya bersumber dari
kontribusi BNPB, BPBD, Fasilitator, dan Kelompok Kerja / Tim Substansi Destana
2014. Akan tetapi terdapat lembaga dan perorangan yang memeberikan peran dan
kontribusi baik materi maupun non materi. Beberapa lembaga yang terlibat dan
berkontribusi dalam pengembangan Desa Tangguh Bencana BNPB 2014 adalah:
Nama Lembaga
|
Bentuk Kontribusi
|
Pemerintah
Desa
|
Kontribusi
Pemerintah Desa berupa dukungan materi seperti tempat pertemuan untuk rapat
Tim Substansi selama 18 kali pertemuan, lengkap dengan peralatan pendukung
seperti sound sistem, dll. Selanjutnya pemerintah Desa melegalkan
berdirinya Forum dan Dokumen-dokumen kajian dan perencanaan melalui SK Kepala
Desa. Pemerintah Desa telah menyediakan ruang sekretariat untuk FPRB, lengkap
dengan sarana pendukung. Kontribusi lain adalah menyediakan anggaran untuk
transportasi tim relawan baik berangkan maupun pulang ke/dari lokasi
pelatihan.
|
Badan Permusyawaratan
Desa (BPD)
|
BPD
memberikan kontribusi berupa rapat-rapat penyusunan Raperdes dan Perdes
tentang Penanggulangan Bencana Desa Pesanggaran, selain itu BPD juga
berkomitmen untuk membawa issu penanggulangan bencana dalam pembahasan RPJMDes
yang akan datang.
|
Marinir Lampon
|
Wilayah
pesisir Desa Pesanggaran merupakan salah satu lokasi latihan tempur Marinir,
dan di sudut pantai Lampon terdapat pos pangkalan tentara Marinir. Sehingga
kampung di pesisir Pesanggaran (Kampung Baru) merupakan Kampung Binaan
Marinir. Dengan adanya program Destana 2014 ini Komandan Marinir memberikan
dukungan penuh terhadap pelaksanaan dan keberlanjutan Destana. Marinirpun
juga siap memberikan pelatihan dan pengembangan relawan desa. Selain itu,
pengerahan sumber daya pada saat darurat siap dikerahkan dari pasukan marinir
baik personel maupun perlengkapan.
|
Puskesmas Pesanggaran
|
Puskesmas
Pesanggaran merupakan salah satu sarana paling vital dalam pembangunan
kapasitas masyarakat di lingkungan Desa Pesanggaran. Sebagai Puskesmas
terbesar di lingkungan Kecamatan Pesanggaran, program penanggulangan bencana
dalam bidang kesehatanpun telah dicanangkan, Tim Gerak Cepat (TGC) menjadi
garda terdepan dalam pelaksanaan darurat bencana. Oleh karenanya, Puskesmas
Pesanggaran juga sangat mendukung proses dan keberlanjutan Destana
Pesanggaran ini. Selain dukungan data, Puskesmas juga siap mengintregasikan
program Destana dalam Program Puskesmas yang berkaitan dengan penanganan
kesehatan.
|
Forum Pinpinan Kecamatan
Plus (FORPIMKA PLUS)
|
Forpimka
yang terdiri dari Camat, Kapolsek, Danramil, dan Danpuslatpur Marinir menyatakan
siap mendukung keberlanjutan program Destana di desa Pesanggaran, terutama
dalam pelaksanaan darurat. Forpimka Plus telah menandatangani komitmen
Rencana Kontinjensi Tsunami sehingga siap sedia mengerahkan seluruh sumber
daya yang dimiliki saat darurat. Selain itu, Forpimka juga siap mendukung
terselenggaranya kegiatan drill simulasi tsunami yang rencananya akan
diselenggarakan minimal setiap tahun sekali.
|
Balai Penyuluh Pertanian
(BPP) Kecamatan Desa Pesanggaran
|
Memberikan
kontribusi berupa pemberian bibit pohon trembesi sebanyak 500 batang, yang
siap ditanam oleh FPRB, relawan, dan masyarakat di sepanjang Pesisir Lampon
sebagai sabuk hijau.
|
Mantap om....
BalasHapusKui ngono judule kliru, 2014. Blum smpt merevisi :D
BalasHapusSip nulis dan ngeblog, lha blogku matisuri
BalasHapusSip nulis dan ngeblog, lha blogku matisuri
BalasHapusMelok komen
BalasHapusKrono nganggur ra duwe penggawean Kang Radath.
BalasHapusAyo mas Nul